Senin, 06 Desember 2010

Api Kebencian Membakar Kitab Suci


Seorang pastor dari sebuah gereja kecil di Florida mendapat perhatian besar media massa seluruh dunia. Sesuatu yang baru sekali ini terjadi. Dan itu terjadi hanya karena ia memaklumkan rencana untuk membakar beberapa buah mushhaf (buku) 
Al-Qurãn
Apakah ia memutuskan untuk melaksanakan rencana hebohnya itu atau tidak, pernyataan orang yang diakui sebagai hamba Tuhan untuk membakar kitab suci agama lain adalah sesuatu yang layak ditentang.
Terry Jones, sang pastor gereja tersebut, beranggapan bahwa Al-Qurãn berasal dari Setan dan karena itu harus dimusnahkan. Sang pastor tidak tahu bahwa ia sedang melecehkan para guru besar kemanusiaan yang dikenalnya sebagai Yesus, Moses dan lain-lain.
Geraja di Florida, yang dipim-pinnya, hanya memiliki 50 anggota, namun dampak dari maklu-matnya itu bagi masyarakat dunia demikian besar. Kendati kita ingin agar “pers bebas” kita (AS) tidak terlalu banyak ambil perhatian, tapi kita juga ingin hal ini menjadi sebuah pelajaran.
Kelompok kecil radikal Kristen ini mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang Kristen sejati, sebagaimana mereka yang menghancurkan Menara Kembar di tahun 2001 juga mengaku sebagai para Muslim sejati (?).
Muslim di seluruh dunia menjadi marah karena rencana tersebut. Sebenarnya, cara terbaik menghadapi hal ini adalah dengan bersikap cuek (tak ambil peduli). Tapi sudah terlambat. Para pe-mimpin AS sampai Indonesia su-dah terlanjur terjun ke dalam permainan sirkus ini!
Hal penting dari keadaan ini adalah timbulnya reaksi dari pe-meluk berbagai agama, dan para pejabat AS pun menyuarakan ku-tukan mereka untuk tindakan membakar sebuah kitab suci.
Kaum muslim harus menghormati para pejabat agama dan pe-merintah yang telah tampil lebih dulu untuk mengutuk Terry Jones. Para muslim tidak boleh jatuh ke dalam lubang tempat jatuhnya para pembenci Islam, yang menilai sebuah agama berdasar pandangan miring segelintir orang.
Kaum muslim harus ingat bahwa Islam menuntut kita untuk menghargai orang-orang beragama apa pun, dan menumbuhkan sebuah ‘pluralisme’ yang definisinya berbeda dari definisi politis apa pun di masa sekarang.
Siapa pun yang hendak membakar Al-Qurãn tidak akan sanggup membakar pesan Al-Qurãn. Al-Qurãn tersimpan di dalam hati dan pikiran jutaan muslim yang telah menghafalnya di seluruh dunia.
Kaum muslim harus memelihara landasan-landasan moralnya yang tinggi. Ketika ada orang yang mengancam hendak membakar Al-Qurãn, kita harus menyediakan waktu untuk menambah hafalan ayat-ayatnya, dan melaksanakan kewajiban penting kita untuk membaca Al-Qurãn dan memahaminya.

Sejara pembakaran buku
Bukanlah suatu hal yang baru bila para pejabat gereja, para tentara yang melakukan penyerangan, atau pihak lain, mela-kukan pembakaran buku, sebagaimana yang kita saksikan dalam sejarah. Hal itu dilakukan, bisa jadi, karena:

·       Mereka menderita para-noid (ketakutan yang tak masuk akal) menyaksikan berkembangnya ide-ide yang menentang pemahaman mereka tentang dunia (kehidupan), atau
·       Mereka tidak memiliki kemantapan dalam pemaham-an terahadap agama mereka sendiri.

Memperhatikan sejarah pem-bakaran naskah-naskah keagamaan dapat memberi kita pe-mahaman tentang kebencian dan kebodohan yang tumbuh di te-ngah lingkungan keagamaan dan dunia kita. Di bawah ini adalah tinjauan ulang atas peristiwa-peristiwa pembakaran buku yang menonjol.
Sejarah telah merekam pem-bakaran Perpustakaan Iskanda-riah oleh tentara Kristen, Perpus-takaan Baghdad oleh tentara Mo-ngol, pembakaran buku dan para sarjana oleh tentara Dinasti Qin (Cina), penghancuran naskah-naskah hukum bangsa Maya oleh para pendeta Kristen Spanyol, pembakaran kitab-kitab Muslim dan Yahudi oleh ‘pasukan’ Inqu-isisi Katolik, pembakaran Taurat oleh orang Kristen Jerman, dan penghancuran Perpustakaan Nasi-onal Sarajevo. Pada tahun 1193, setelah mengalahkan tentara Ghauri, Jai Chand, kebanyakan muslim konon membakar per-pustakaan Nalanda, yang dikenal sebagai Dharma Gunj, Pegunu-ngan Kebenaran.
Tercatat dalam sejarah bahwa pada tahun 367 Masehi, Atha-nasius, uskup Iskandariah, mengeluarkan surat Easter (Kebangkitan Yesus) yang berisi perintah agar para pendeta Mesis memusnahkah semua buku, kecuali yang disahkan sebagai ‘Perjanjian Ba-ru’.
Dalam buku dramanya yang terbit tahun 1821 M, Almansor, penulis Jerman Heinrich Heine menyebutkan pembakaran Al-Qurãn di masa Inquisisi Spanyol. Ia menulis, “Mereka membakar buku-buku. Begitu bernafsunya mereka, pada akhirnya, untuk membakar manusia.” ("Dort, wo man BŸcher verbrennt, verbrennt man auch am Ende Menschen."). Buku-buku karya Heine  juga a-khirnya termasuk ke dalam ri-buan jilid buku yang dibakar orang Kristen Jerman.
Tahun 1873, berdiri New York Society for the Suppression of Vice (Masyarakat – ormas – New York untuk Penindasan dan Keja-hatan). Mereka membuat stempel tentang satu tujuan penting me-reka: pembakaran buku. Ormas tersebut memusnahkan sekitar 15 ton buku, 284.000 pon pelat-pelat percetakan, dan hampir 4.000.000 gambar. Ormas itu juga berhasil melobi Kongres AS untuk ‘menampung’ aspirasi-aspirasi mereka dalam Comstock Law.
Di Cina, Menteri Li Si mena-sihati Kaisar Qin Shi Huang untuk membakar semua buku filsafat dan sejarah. Tindakan itu bahkan disusul dengan pembakaran hi-dup-hidup para ilmuwan yang menentang dogma negara.
Raja Antiochus IV, pada ta-hun168 sM, memerintahkan pem-bakaran kitab-kitab hukum Yahudi yang ditemukan di Jerusalem.
Sekitar tahun 50 M, seorang serdadu Romawi merampas gulungan Taurat, dan membakarnya di depan umum. Kejadian ini nyaris menimbulkan revolusi Ya-hudi melawan pemerintah Romawi.
Buku-buku kimia Iskandariah, Mesir, dibakar oleh kaisar Diocletian pada tahun 292 M. Tahun 303 M, Diocletian juga membakar buku-buku Kristen.
Tahun 1214, para pejabat istana Prancis membakar semua kitab Talmud di Paris, sekitar 12.000 buku, setelah buku-buku tersebut ‘divonis bersalah’ dalam pengadilan Paris.
Tahun 1480an, Tomas Torquemada memerintahkan pembakaran buku-buku non-Katolik, terutama Talmud Yahudi dan juga buku-buku Arab, setelah meng-usir para Muslim dan Yahudi.
Tahun 1490 sejumlah Bibel Hebrew (Ibrani?) dan buku-buku Yahudi dibakar atas perintah In-quisisi (semacam dinas investi-gasi Katolik) Spanyol. Tahun 1499, sekitar 5000 naskah Arab dibakar di lapangan umum Granada atas perintah Ximenez de Cisneros, Uskup Agung Toledo.
Tahun 1526,  Perjanjian Baru terjemahan William Tyndale dibakar di London oleh Cuthbert Tunstal, Uskup London.
Terjemahan Bibel ke bahasa Jerman karya Martin Luther, dibakar di daerah-daerah yang dikuasai Katolik pada tahun 1624, atas perintah Paus.
Tahun 1656 penguasa Boston mebakar buku aliran Kristen Quaker di depan umum.
Tahun 1731, Count (bangsawan) Leopold Anton von Firmian, Uskup Agung Salzburg, membakar buku-buku kelompok Luthe-ran (pengikut Martin Luther, pe-rintis kelahiran Protestan).
Tahun 1933, orang-orang Kristen membakar karya-karya para penulis Yahudi, dan karya-karya lain yang dianggap “bukan Jer-man”.
Tanggal 10 Mei tahun 1933, para pemuda Kristen penganut filsafat Nazi, membakar sejumlat Taurat.
Tanggal 23 Maret 1984, orang-orang Yahudi Ortodoks mengadakan upacara pembakaran buku-buku Perjanjian Baru di Je-rusalem.
Dalam catatan sejarah baru-baru ini, ada sejumlah peristiwa pembakaran CD musik, serta buku-buku fiksi dan non-fiksi.
Ada beberapa peristiwa pem-bakaran buku-buku Harry Potter, termasuk yang dikomandoi beberapa geraja di Alamogordo, New Meksiko dan Charleston, South Carolina. Pembakaran rekaman-rekaman The Beatles, sehubu-ngan pernyataan John Lennon tentang Yesus, juga terjadi. Ta-hun 1988, sekelompok Muslim Inggris membakar buku Salman Rushdie, Satanic Verses, di Lon-don. Peristiwa itu diikuti dengan pembakaran CD musik karya Yusuf Islam, sehubungan pernyataan-pernyataannya tentang Salman Rushdie. Bulan Mei tahun 2008, sekelompok pemuda Yahudi membakar banyak Perjanjian Baru di Or Yeduda, Israel.
Itulah sekilas gambaran tentang sisi gelap kemanusiaan.
Sekarang, marilah kita padamkan api kebencian dan intoleransi. ∆



1 komentar:

  1. sebenarnya api kebencian merusak kitab Alquran yg paling vital adalah merekayasa Alquran menjadi tauhid, fiqih, aqidah ahlak dan tasawuf sehingga tercampur aduk antara yg haq dan bathil...tapi dianggap dari allah.

    sedangkan yg diharamkan Allah, malah diselewengkan menjadi tatanan hidup pembangkit Blok barat dan blok timur yg dianggap temuan ilmuan

    sehingga
    menyalahgunakan fungsi dan kedudukan alquran dari posisi yg sebenarnya yakni alternatif nur msr dan atau dzulumad mssy

    akibatnya, kenyataan hidup bagaikan sijago merah yg memusnahkan segala

    BalasHapus